A. Pengertian Rujuk 1. Secara bahasa: Rujuk berarti kembali. 2. Secara istilah syariat: Rujuk adalah kembalinya seorang suami kepada istrinya yang ditalak raj‘i (talak 1 atau talak 2) selama masih dalam masa iddah, tanpa akad nikah baru. 3. Menurut Kompilasi Hukum Islam (Pasal 163): “Rujuk adalah pernyataan dan perbuatan suami yang jelas untuk mengembalikan bekas istrinya dalam ikatan perkawinan.”
B. Dasar Hukum Rujuk 1. Al-Qur’an a. QS. Al-Baqarah: 228 “Dan suami-suami mereka lebih berhak merujuki mereka dalam masa menanti itu (iddah), jika mereka (para suami) menghendaki ishlah (perdamaian).” 2. Hadis Nabi SAW a. “Perintahkan kepada mereka (para suami) agar merujuki istri-istri mereka selama masih dalam iddah dan mereka menghendaki perdamaian.” (HR. Abu Dawud). 3. Hukum positif di Indonesia a. UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. b. KHI Pasal 163–170. c. PMA No. 20 Tahun 2019 tentang Pencatatan Pernikahan.
C. Tujuan Rujuk 1. Memberi kesempatan memperbaiki rumah tangga. 2. Mencegah perceraian permanen. 3. Melindungi hak-hak istri dan anak. 4. Menjaga keberlangsungan keluarga. 5. Menegakkan syariat Islam tentang peluang kembali setelah talak raj‘i.
D. Kapan Rujuk Bisa dan Tidak Bisa Dilakukan ✅ Bisa dilakukan jika: • Talak 1 atau talak 2 (talak raj‘i). • Istri masih dalam masa iddah talak. ❌ Tidak bisa dilakukan jika: • Talak 3 (ba’in kubra). • Talak ba’in sughra (khuluk/tebus talak) jenis talak yang menyebabkan putusnya perkawinan antara suami dan istri, namun masih ada kemungkinan melaksanakan perkawinan kembali dengan syarat dilakukan akad nikah baru dan mahar baru. • Masa iddah sudah habis (harus akad nikah baru). • Istri sudah menikah dengan laki-laki lain.
E. Cara Rujuk 1. Secara lisan: Suami menyatakan rujuk dengan ucapan jelas, misalnya: “Aku rujuk kembali kepadamu.” 2. Secara perbuatan: Suami melakukan hubungan suami-istri dengan niat rujuk. 3. Secara administratif: a. Suami mengajukan permohonan rujuk ke KUA tempat pernikahan dicatat. b. Membawa dokumen: 1) Akta Cerai dari Pengadilan Agama. 2) Surat pernyataan masih dalam masa iddah. 3) KTP suami-istri. 4) Surat persetujuan c. Proses rujuk dilakukan di KUA oleh: 1) Suami. 2) Istri. 3) 2 orang saksi. 4) Kepala KUA / Penghulu. d. Pencatatan rujuk: KUA menerbitkan Akta Rujuk sebagai bukti resmi. e. Kutipan Akta rujuk diserahkan ke pengadilan sebagai syarat pengambilan buku nikah.
F. Syarat-Syarat Rujuk 1. Syarat Suami a. Muslim, baligh, berakal. b. Masih dalam status suami sah (talak raj‘i). c. Melakukan rujuk dengan kerelaan, bukan paksaan. 2. Syarat Istri a. Istri yang sudah ditalak raj‘i (talak 1 atau 2). b. Masih dalam masa iddah. c. Belum menikah dengan laki-laki lain. 3. Syarat Menurut Syariat a. Ucapan/perbuatan rujuk yang jelas. b. Dilakukan selama masa iddah. c. Niat memperbaiki hubungan (ishlah). 4. Syarat Administratif (KUA) a. Membawa dokumen: 1) Akta Cerai dari Pengadilan Agama. 2) Surat pernyataan masih dalam masa iddah. 3) KTP suami-istri. 4) Surat persetujuan b. Datang ke KUA tempat menikah. c. Menyampaikan ikrar rujuk di hadapan Kepala KUA/Penghulu. d. Dihadiri 2 orang saksi. e. Dicatatkan dalam Register Akta Rujuk.
G. Prosedur Rujuk di KUA 1. Suami menyatakan niat rujuk. 2. Datang bersama istri ke KUA dengan membawa syarat-syarat. 3. Menyampaikan ikrar rujuk di hadapan Kepala KUA/Penghulu & saksi. 4. Petugas KUA mencatat dan membuatkan Akta Rujuk. 5. Pasangan menerima salinan akta sebagai bukti sah.
H. Hikmah Rujuk 1. Menjadi jalan perdamaian rumah tangga. 2. Menghindari penyesalan setelah cerai. 3. Memberi kesempatan kedua untuk membangun keharmonisan. 4. Sesuai prinsip Islam: mendahulukan ishlah sebelum perpisahan total.
I. Kesimpulan Rujuk adalah hak suami untuk kembali kepada istri setelah talak raj‘i (1 atau 2) selama iddah, tanpa akad baru. Rujuk sah bila memenuhi syarat syariat (suami, istri, ucapan/perbuatan, masa iddah) dan syarat administratif (pencatatan di KUA). Aturan terbaru menekankan pentingnya pencatatan agar rujuk sah secara agama dan hukum negara.
(Menurut KHI pada pasal 167-169 & PMA N0 20 Tahun 2019)
1. Memahami Ketentuan Rujuk • Rujuk adalah kembalinya suami kepada istri yang dicerai dengan talak raj’i (talak 1 atau talak 2), selama masih dalam masa iddah. • Tidak berlaku pada: o Talak 3 (harus nikah dengan laki-laki lain terlebih dahulu). o Talak ba’in sughra (cerai sebelum hubungan suami-istri). o Talak ba’in kubra (talak 3). • Rujuk hanya sah jika dilakukan selama masa iddah.
2. Syarat Rujuk • Pernikahan sebelumnya sah secara agama & negara. • Talak yang dijatuhkan masih talak raj’i (1 atau 2). • Masa iddah istri belum selesai. • Rujuk dilakukan oleh suami dengan niat mengembalikan hubungan pernikahan. • Rujuk dilaksanakan di hadapan Penghulu/Kepala KUA • Harus ada 2 orang saksi dan dicatatkan di KUA agar sah secara administrasi negara.
3. Cara Rujuk Menurut Syariat • Ucapan (lisan): Suami berkata kepada istri, misalnya: “Aku rujuk kembali kepadamu.” • Perbuatan (fi’il): Suami menggauli istrinya dengan niat rujuk. • Disunnahkan ada saksi agar jelas dan tidak menimbulkan perselisihan.
4. Tata Cara Rujuk Menurut Negara (Administratif KUA) 1. Suami mengajukan permohonan rujuk ke KUA tempat pernikahan dicatat. 2. Membawa dokumen: o Akta Cerai dari Pengadilan Agama. o Surat pernyataan masih dalam masa iddah. o KTP suami-istri. o Surat persetujuan 3. Proses rujuk dilakukan di KUA oleh: o Suami. o Istri. o 2 orang saksi. o Kepala KUA / Penghulu. 4. Pencatatan rujuk: KUA menerbitkan Akta Rujuk sebagai bukti resmi. 5. Kutipan Akta rujuk diserahkan ke pengadilan sebagai syarat pengambilan buku nikah
5. Hikmah Pencatatan Rujuk • Menjamin keabsahan hubungan suami istri di mata agama & hukum. • Mencegah perselisihan di kemudian hari. • Melindungi hak-hak istri, anak, dan keluarga.
Ringkasan Alur Tata Cara Rujuk 2025
1. Pastikan talak yang dijatuhkan talak raj’i (1 atau 2). 2. Pastikan istri masih dalam masa iddah. 3. Suami menyatakan rujuk dengan lisan/perbuatan. 4. Disaksikan 2 orang saksi. 5. Ajukan pencatatan ke KUA dengan membawa dokumen yang diperlukan. 6. KUA mencatat dan menerbitkan Akta Rujuk.
